


Bermula dari keinginannya itulah Beliau dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, dan juga sebagai Pejuang nasip para perempuan di Indonesia. RA.Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
RA.Kartini menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat saat Beliau berusia 24 tahun. Suaminya mendukung keinginan Beliau dan Beliau juga diberi kebebasan mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Beliau meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang
Berkat kegigihan Beliau, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di beberapa daerah di Jawa Tengah. Nama sekolah tersebut adalah Sekolah Kartini. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluargaVan Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan RA.Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir RA.Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.